TAHUN 90-an BPPT (usulan Habibi pada waktu itu) pernah melaksanakan hujan buatan dengan menabur bubuk garam menggunakan pesawat yang dirancang khusus di atas waduk Jatiluhur. Pada waktu itu debit air waduk cukup kritis. Tetapi hujan buatan gagal dikarenakan tidak cukup volume air di atas waduk yang akan diikat oleh butir garam. Padahal biaya sudah cukup besar dikeluarkan.
Berita Pontianak Post ada usulan membuat hujan buatan dengan bom air. Hal ini bisa saja terjadi hujan tetapi harus berapa banyak air yang dibawa di dalam pesawat dan membutuhkan berapa kali penerbangan dan berapa hari baru terciptanya hujan. Sudah bisa kita bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah hanya untuk terciptanya hujan.
Pada 90-an saya pribadi pernah menulis bagaimana cara murah meriah untuk membuat hujan buatan. Hasilnya setelah disurvey, hampir merata setiap gang mengikuti saran kami. Dan Alhamdulilah dalam 3 hari terjadi hujan walaupun tidak terlalu lebat tetapi sudah cukup untuk membersihkan asap dan debu.
Kalau masyarakat terus melakukan saran kami bukan tidak mungkin akan terjadi hujan lebat di Kalbar. Karena bisa kita hitung atau bisa tak terhitung berapa uap air (molekul air H2O) yang menguap, dengan kita ciptakan sendiri uap air untuk mengikat uap air yang sudah tersedia di udara dengan cara berlipat-lipat antara satu molekul dengan molekul yang lain dengan bantuan angin.
Kenapa kemarau terjadi pada bulan-bulan April sampai September? Karena terjadinya pengeseran matahari per-3 bulan. Pada bulan April sampai Juni bergeser ke Utara (ke 23,5 Derajat Lintang Utara) dan pada Bulan Juli sampai September kembali ke Equator. Pada saat posisi matahari di Utara hanya ada celah sempit (Permukaan Laut Sempit) sehingga penguapan airpun sedikit. Lain dengan pengeseran matahari ke Selatan dimana terdapat permukaan air (laut) yang sangat luas yang akan membuat jumlah penguapan air sangat besar. Maka tidaklah heran apabila bulan Oktober sampai dengan Maret curah hujan sangat tinggi. Jadi prinsipnya jumlah uap air yang cukup besar adalah dengan cara menipiskan permukaan air dan panas yang cukup (contoh menjemur 1 ember air bisa 1 bulan baru habis tetapi bila dicurahkan (permukaannya menjadi tipis mungkin tidak sampai 1 jam air sudah habis menguap).
Caranya mari kita menghimbau masyarakat untuk membantu menciptakan uap air dengan cara cepat yaitu menyumbang air baik air ledeng, air kolam ataupun air parit ketika air pasang dengan menyiram air di jalan/gang, halaman, juga dengan bantuan mobil tanki pemadam kebakaran. Apabila 1 rumah menyumbang 10 ember pagi (sekitar 10 udara mulai panas) dan siang/sore (sekitar jam 4) 10 ember dan 10 % saja yang membantu maka kita hitung sbb:
- Untuk Rumah Tangga:
1 ember 20 liter x 20 ember (pagi sore) x 200.000 rumah x 7 hari = 560 juta liter
- Untuk mobil tanki : (Siram Jalan dan Taman)
20 Tanki x 5 siram x 500 liter x 2 (pagi dan sore) x 7 hari = 7 Juta liter
Akan tercipta uap air paling tidak 5 juta liter air kalau dikalikan berapa jumlah molekul (biar ahli kimia yang menghitungnya) ditambah 1 molekul air akan mengikat beberapa molekul air lainnya yang telah tersediakan di udara bisa tidak terhitung jumlahnya dan semua pasti (100% pasti) akan turun paling tidak dalam bentuk embun atau gerimis atau bisa saja hujan yang sangat lebat.
Mudah-mudahan pemerintah bisa membuat himbauan karena paling tidak lingkungan rumah akan terasa sejuk tidak gersang dan paling tidak uap air yang terbentuk hanya mengikat debu yang ada disekitar rumah kita. Cara membuat hujan dengan cara ini pun murah meriah. Bisa kita bayangkan apabila 500 juta akan kita buatkan bom air berapa lama dan berapa biaya untuk mengangkutnya. Mari mencoba mulai hari ini. Air yang menguap Pasti Akan Turun Lagi entah dalam bentuk embun, hujan gerimis atau mudah-mudahan saja akan tercipta hujan yang lebat.